EN ID

Angkasa Pura Airports Kembangkan 8 Bandara Rp 25 T

30 Jan 2015

Kembali ke List


JAKARTA - Angkasa Pura Airports akan mengembangkan delapan bandara dengan investasi mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 25 triliun dengan kurs Rp 12.500 per dolar AS. Pengembangan kedelapan bandara tersebut akan dilakukan sejak mulai 2014 hingga 2020.

Head of Corporate Planning & Performance Angkasa Pura Airports Yudhaprana Sugarda mengungkapkan, potensi pasar penerbangan di Indonesia cukup besar dengan jumlah penduduk sebanyak 244,5 juta orang, tetapi trafiknya baru 94,9 juta penumpang. Artinya, baru sekitar 39% penduduk yang bepergian dengan pesawat.

Sedangkan di Singapura dengan populasi hanya 5,4 juta orang, tetapi trafiknya justru mencapai 39 juta penumpang, atau 722% dari total populasi. "Di Indonesia trafiknya kecil karena terbatasnya infrastruktur di transportasi udara," ujar dia saat Seminar Prospek Ekonomi Indonesia 2015 dan Urgensi Pembangunan Infrastruktur di Jakarta, Rabu (28/1).

Oleh karena itu, sambungnya, pihaknya akan mengembangkan delapan dari 13 bandara yang dikelola perseroan hingga 2020 mendatang. Kedelapan bandara yang akan dikembangkan itu antara lain Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dengan investasi US$ 24 juta, Bandara Juanda Surabaya (US$ 524 juta), Bandara Sultan Hasanudin Makassar (US$ 500 juta), dan Bandara Sepinggan Balikpapan  (US$ 25 juta). Selanjutnya, adalah Bandara Kulonprogo Yogyakarta (US$ 598 juta), Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin (US$ 142 juta), Bandara Ahmad Yani Semarang (US$ 156 juta), dan Bandara Sam Ratulangi Manado (US$ 320 juta).

Adapun pada tahun ini akan dikembangkan lima bandara terlebih dahulu, yaitu Bandara Juanda Surabaya, Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Hasanudin Makassar, Bandara Kulonprogo Yogyakarta, dan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin. "Kami akui pengembangan airline cukup pesat dalam tiga tahun ini, makanya kami akan kembangkan bandara untuk meningkatkan kapasitas bandara," papar Yudha.

Menurut dia, pihaknya akan mengembangkan dari sisi kebandaraudaran, seperti perbaikan terminal kedatangan maupun keberangkatan, penambahan tempat parkir pesawat (apron), serta perbaikan dan peningkatan kualitas landasan pacu (runway). "Misalnya Bandara Juanda akan dikembangkan runway kedua dan terminal ketiga untuk meningkatkan kapasitasnya," tutur dia.

Kapasitas Bandara Juanda baik di terminal 1 maupun 2 saat ini baru sekitar 12-13 juta penumpang per tahun, sedangkan jumlah penumpang sudah menembus 18 juta penumpang per tahun. Pengembangan bandara ini direncanakan melakukan reklamasi ataupun cara lainnya. Perseroan, sambung dia, juga tengah menyiapkan rencana induk pengembangan Bandara Ngurah Rai berkapasitas 40 juta penumpang, menyusul belum ada kejelesan pemerintah daerah untuk mengembangkan bandara lain di Pulau Dewata.

Saat ini, bandara yang telah dikembangkan tersebut memiliki kapasitas 22 juta penumpang per tahun. Undang Investor Yudha menambahkan, pengembangan maupun pembangunan bandara baru terkendala oleh pembebasan lahan.

Harga lahan yang diminta masyarakat terkadang tidak masuk akal dan kerap berubah-ubah. "Kalau harga lahan mahal, tentu kan proyek menjadi tidak feasible, seharusnya harga lahan itu realistis dan kami tidak bisa patok harga itu," ujarnya. Apabila persoalan ini bisa diatasi, sambung dia, banyak mitra strategis yang akan ikut berinvestasi di bandara-bandara yang akan dibangun tersebut.

Mitra strategis tersebut akan bersedia memberikan kucuran dana untuk pembangunan bandara. Perseroan juga akan mengusulkan mendapatkan dana penyertaan modal negara (PMN) untuk pengembangan bandara. "Saat ini kami masih menginventarisasi dan mendata para investor yang berminat. Kami akan buka seluas-luasnya kepada mereka yang tertarik pengembangan bandara," ujar dia.

Sebelumnya,President Director Tommy Soetomo menuturkan, pengembangan bandara yang akan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan bersaing saat pemberlakukan Asean Open Sky pada akhir tahun ini. Infrastruktur dan fasilitas bandara merupakan aspek utama yang paling difokuskan untuk menghadapi itu. [DSS/Investor Daily]

Keatas