EN ID

Daya Tampung Bandara I Gusti Ngurah Rai Menjadi yang Terbesar di Indonesia Saat Ini

09 Sep 2013

Back to List


BALI - Pengembangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali hampir memasuki fase akhir dan siap untuk menyambut gelaran KTT APEC Oktober 2013 mendatang. Lewat proyek yang menelan investasi Rp 2,8 triliun ini, kapasitas bandara kelolaan PT Angkasa Pura I (Persero) ini akan mampu menampung 25 juta orang penumpang per tahun. Angka ini merupakan kapasitas bandara terbesar di Indonesia saat ini.

"Pekerjaan fisik proyek pengembangan bandara ini telah dimulai sejak Mei 2011, dengan melibatkan lebih dari 4 ribu orang pekerja. Dengan pengembangan ini, maka kapasitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akan siap untuk melayani hingga 25 juta orang penumpang per tahun," ujar President Director PT Angkasa Pura I (Persero) Tommy Soetomo dalam acara media gathering yang berlangsung di Patra Jasa Bali Resort & Villas, Kuta, Bali, Jumat (06/09).

Sebagai informasi, saat ini kapasitas Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero) adalah 22 juta penumpang per tahun, sementara kapasitas Bandara Kualanamu di Deli Serdang yang belum lama ini diresmikan saat ini baru 8,1 juta penumpang per tahun.

"Bandara I Gusti Ngurah Rai saat ini melayani lebih dari 14 juta penumpang per tahun. Sedangkan kapasitas bandara hanya 7 juta penumpang per tahun. Pertumbuhan penumpang di bandara ini pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 mencapai 15,5% per tahun," ungkap Tommy.

Mega proyek karya anak bangsa meskipun berdiri di atas lahan yang terbatas seluas 285 hektar, namun memiliki ukuran terminal yang cukup besar dan megah, serta dilengkapi dengan teknologi kebandarudaraan yang canggih dan mutakhir. Satu satunya baggage handling system yang menggunakan teknologi HBS (Hold Baggage Screening) dimana bagasi penumpang digerakkan secara elektronis dan mekanis dari sejak check-in hingga mendekati pesawat. Teknologi ini menjadikan minim kontak fisik dari petugas, namun jauh lebih akurat, cepat, efektif, dan efisien. Melalui pengembangan ini, berbagai fasilitas juga mengalami penambahan. Misalnya check-in counter menjadi 96 unit dari yang sebelumnya hanya ada 62 unit. Sedangkan garbarata menjadi 24 unit dari sebelumnya 16 unit.


Selain kecanggihan teknologi, bandara ini juga mengadopsi kekayaan budaya Bali. Bersama pemerintah daerah setempat dan instansi terkait, Angkasa Pura Airports membentuk komite desain sebelum memulai pembangunan bandara.  Komite ini diperkuat oleh akademisi dari Universitas Udayana, unsur praktisi, tim ahli bangunan dan gedung tradisional Bali, serta pemuka adat di desa-desa sekitar bandara.


Bangunan utama memiliki atap seperti gelombang lautan. Bentuk atap bergelombang dipilih karena memungkinkan untuk mengakomodasi bentangan yang sangat lebar sekaligus penerapan konsep eco-airport yang memaksimalkan pencahayaan alami. Gedung parkir dibuat bertingkat berbentuk limas, menyerupai hamparan terasering persawahan di Bali. Bangunan berlantai lima seluas 39.000m2 ini akan mampu mengakomodir jumlah kendaraan dua kali lebih banyak dari sebelumnya.


Selain itu, khasanah budaya lokal juga tampak dari arsitektur Candi Bentar, Gayor, dan Bale Kulkul. Patung I Gusti Ngurah Rai yang telah menjadi landmark Bali juga direlokasi ke dalam lingkungan bandara untuk menjaga kenyamanan alur lalu lintas menuju bandara.

"Namun sebenarnya tantangan terbesar pengembangan bandara ini ada pada proses pelaksanaannya yang berada di tengah operasi bandara yang harus tetap berjalan dengan standar aturan ketat mengenai safety dan security. Hal ini menjadikan bandara ini sebagai bandara di Indonesia yang dibangun dengan tingkat kerumitan yang tinggi," imbuh Tommy. [Arif Haryanto]

Up