EN ID

TOGETHER STRONGER

13 Apr 2011

Kembali ke List


Konsep Pengembangan Bandara dilakukan dengan mengacu pada Konsep Reposisi dan Restrukturisasi (R&R) AP1 yang telah disetujui oleh Menneg BUMN, sebagai implementasi Kontrak Management Baru PT Angkasa Pura I (Persero).

Pengembangan kapasitas bandara berdasarkan konsep R&R tersebut mengacu pada konsep Airport City sebagaimana yang dilakukan oleh bandara terkemuka dunia.

“Strategi utama dari rencana tersebut ialah kemitraan dengan keyakinan together stronger,” jelas Tommy Soetomo, Direktur Utama PT Angkasa Pura I.

Menurut Tommy, dengan strategi tersebut, AP1 diharapkan dapat mencapai customer satisfaction index (CSI) di atas 4, dan proporsi pendapatan non aeronautika mencapai 60% pada tahun 2020. Target tersebut sudah dicapai oleh bandara terkemuka dunia. Salah satunya adalah Incheon International Airport, Korea Selatan.

Bahkan menurut Airport Council International, Incheon merupakan bandara nomor satu di dunia dalam segala aspek. Hebatnya lagi predikat itu telah mereka kantongi selama enam tahun berturut-turut sejak 2005. CSI Incheon di atas 5 dengan pendapatan non aeronautika di atas 60%, serta kapasitas selalu dijaga lebih besar daripada pertumbuhan traffic.

Nah, dengan reputasi seperti itu adalah hal yang tepat jika AP1 kemudian bermitra dengan Incheon. Hal ini sejalan dengan visi AP1 yang bertekad untuk menjadi perusahaan pengelola bandara berkelas dunia.

Langkah awal kemitraan telah dilaksanakan dengan penandatanganan memorandum of cooperation (MoC). Dalam MoC tersebut secara khusus tercantum Airport Sistership Agreement antara Incheon International Airport (IIA) dengan Juanda International Airport Surabaya.

Penandatanganan antara Dirut PT AP1 dengan CEO IIAC dilakukan di Seoul, Korsel disaksikan oleh Menneg BUMN Mustafa Abubakar dan Suratto Siswodihardjo, Komisaris Utama PT AP1. Dengan demikian Juanda Surabaya menjadi resmi sebagai sister dari Incheon International Airport.

Dengan sistership agreement ini Juanda Surabaya akan mendapat peluang untuk meneladani atau mengadopsi hal-hal yang dilakukan oleh Incheon, baik pelayanan terhadap penumpang, cargo, operasi penerbangan, komersialisasi, maupun kontribusi terhadap perekonomian lokal, penciptaan lapangan kerja dan CSR.

Tanpa membuang waktu manajemen AP1 kemudian menetapkan untuk mengirim sejumlah personel AP1, untuk mengikuti model pendidikan di Human Resources Academy di Incheon International Airport. Lembaga ini oleh ICAO disebut sebagai lembaga pengembangan personil airport yang terbaik di dunia.

“Kemitraan juga akan diberlakukan dalam rangka pengembangan Terminal II Juanda Surabaya yang pembangunannya akan segera dimulai,” kata Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha, Robert Daniel Waloni.

Melihat kemajuan Incheon Airport di dalam pengelolaan aspek komersial khususnya dalam non aeronautika, maka kepiawaian Incheon akan dimanfaatkan untuk menata kembali komersialisasi di beberapa bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura I.

Robert menjelaskan, saat ini komposisi pendapatan non-aeronatika perusahaan lebih kecil dibandingkan pendapatan dari sektor aeronautika, atau hanya 20 persen dari total pendapatan. Pada 2020, perusahaan menargetkan pendapatan non aeronautika meningkat hingga 60 persen dari total pendapatan.

“Tahun lalu prognosa pendapatan non-aeronautika sekitar Rp 533 miliar dibandingkan total pendapatan sekitar Rp 2,4 triliun. Tahun ini target pendapatan non-aeronautika sekitar Rp 620 miliar dari targettotal pendapatan sekitar Rp 2,6 triliun,” ujar Robert.

Untuk menggenjot pendapatan non-aeronautika tersebut, AP I telah memiliki beberapa rencana. Salah satu langkah yang telah direncanakan, AP1 akan membentuk beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, seperti perhotelan, properti, kargo dan logistik, bahan bakar, serta reklame.

Pembentukan anak usaha akan dilakukan melalui metode pemisahan perusahaan (spin-off) yang ditargetkan beroperasi di 13 bandara yang dikelola Angkasa Pura I.

Robert menambahkan, pada 2011 ini Angkasa Pura I memprioritaskan pembentukan anak perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan properti terlebih dahulu. “Saat ini kami memiliki sejumlah lahan yang bisa dikomersilkan. Totalnya di seluruh bandara yang kami kelola sekitar 121,5 hektar,” tutur Robert.

Lebih lanjut Robert memaparkan, untuk tahap pertama, perusahaan akan membangun hotel transit di Bandara Makassar dan Surabaya. Pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun ini juga.

Robert menambahkan, Angkasa Pura I akan bekerja sama dengan sesama perusahaan plat merah, yakni PT Wijaya Karya Tbk untuk pembangunan hotel dan properti. “Kita akan bangun kondominium dan apartemen,” kata dia. Bali, misalnya, akan menjadi salah satu lokasi pembangunan properti.

Selain itu, pada 2011 perusahaan memfokuskan investasi bagi pengembangan bandara untuk peningkatan kapasitas. Dalam anggaran 2011, perusahaan mengalokasikan sekitar 62 persen dari total nilai investasi sebesar Rp 2,6 triliun bagi pengembangan yang sifatnya non rutin.

Menteri Negara BUMN, Mustafa Abubakar dalam sambutannya pada acara penandatanganan MoC AP1 dan Incheon di Seoul pada 25 Februari 2011 mengatakan, Kementerian BUMN saat ini sangat bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan bandara dari segi kapasitas, efektifitas pelayanan, dan profitabilitas untuk mencapai visi BUMN sebagai Pengelola Kelas Dunia. Sinergi yang dilakukan antar BUMN dan BUMN dengan mitranya diharapkan dapat mendorong kemajuan BUMN dan pada akhirnya membawa dampak positif bagi pembangunan bangsa/negara. Bagaimana pun airport adalah infrastruktur penting dalam sistem perhubungan nasional yang memberikan multiplier effect bagi pembangunan sektor lain.

Dirut AP1 Tommy Soetomo beserta management baru bertekad untuk merealisasikan visi perusahaan menjadi pengelola airport kelas dunia dengan menerapkan konsep Reposisi dan Restrukturisasi secara sistematis dan bersungguh-sungguh dalam kebersamaan dan yakin terhadap together stronger.

“Kerjasama dengan IIAC dimaksudkan mempercepat reposisi dan restrukturisasi tersebut,” tambah Robert D. Waloni.

Kemitraan juga dilakukan dengan perusahaan holding yang bergerak di bidang investasi dan infrastruktur Grama Vikas Kendra (GVK) untuk pembangunan bandara baru dengan belajar dari pengalaman GVK sebagai pemilik dan pengelola Mumbay Airport, yang merupakan bandara terkemuka namun dengan constraint terbesar di dunia.

Kerjasama dengan GVK ini dimaksudkan untuk melengkapi wawasam dan pengetahuan demi membangun AP1 di tengah-tengah berbagai kesulitan yang dihadapi untuk mencapai isi menjadi pengelola airport kelas dunia.

Langkah-langkah yang dilakukan management AP1 merupakan bukti nyata, bahwa perusahaan ini betul-betul punya tekad yang kuat untuk terus berkembang menjadi perusahaan kelas dunia. DI dalam negeri AP 1 dapat dikatakan tidak punya saingan. Kalaupun dikatakan saingan itupun berasal dari “saudara kandung” yakni Angkasa Pura II.

Artinya, untuk meningkatkan kualitas AP 1 harus menetapkan standar yang lebih tinggi, yakni dengan mengacu pada perusahaan sejenis di luar negeri. Hal ini tentu saja membutuhkan kerja keras dari management. Dengan tekad yang kuat dan kerja keras serta melaksanakan GCG dengan disiplin, bukan hal yang mustahil dalam waktu dekat AP1 dapat menjadi perusahaan kelas dunia. 

 

Keatas